Senin, 16 Agustus 2010

Askep Asfiksia Neonatorum

ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I

TINJAUAN TEORI

ASFIKSIA NEONATORUM



A. Definisi
Suatu keadaaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intrauterine dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

B. Anatomi fisiologi
Pada dasarnya anatomi dan fisiologi neonatus dan bayi mempunyai kesamaan. Yang membedakannya hanya pada irama, kedalaman dan frekuensi pernapasannya. Hal ini dikarenakan proses adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstra uterin.

C. Etiologi
Hipoksia yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab asfiksia neonatorum terdiri dari :
1. Faktor ibu
 Hipoksia ibu yang akan terjadi akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya, hipoksia ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian anastesia.
 Gangguan kontraksi usus
 Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan
 Hipertensi
Hb yang menurun berakibat pada janin karena kekuatan mengikat O2 akan berkurang sehingga terjadi hipoksia
 Gangguan penyakit jantung
2. Faktor fetus
 Kompresi umbilicus
 Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
 Lilitan tali pusat
3. Faktor plasenta
 Plasenta tipis
 Plasenta kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solusio plasenta
4. Faktor neonatus
 Pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu
 Trauma yang terjadi saat persalinan
 Kelainan kongenital pada bayi
 Prematur
5. Faktor persalinan
 Partus lama
 Partus tindakan
6. Faktor resiko
 Gizi ibu yang buruk
 Anemia
 Gangguan oksigenasi
 Gangguan pemberian zat makanan/nutrisi
 Penyakit menahun (hipertensi, gangguan penyakit jantung)

D. Komplikasi
Komplikasi ini meliputi beberapa organ :
1. Otak : hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi selebralis
2. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, pendarahan paru, edema paru.
3. Gastrointestinal : enterokolitis nekotrikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut
5. Hematologi

E. Patofisiologi
Setiap bayi baru lahir selalu mengalami keadaan hipoksia, dan karena hipoksia itu akan merangsang bayi untuk berusaha bernapas. Tetapi bila bayi tidak menunjukkan usaha bernapas hipoksia itu berlanjut sampai ke keadaan yang parah. Hipoksia janin itu sendiri dipengaruhi oleh faktor ibu, fetus, plasenta, neonatus, dan resiko.
Hipoksia pada ibu akan mengakibatkan gangguan aliran plasenta sehingga terjadi penurunan aliran O2 ke janin sehingga janin akan mengalami hipoksia. Untuk faktor fetus hipoksia janin terjadi akibat kompresi tali pusat sehingga terjadi gangguan aliran darah umbilikus pada janin. Sedangkan untuk faktor plasenta terjadi insufisiensi plasenta yang menyebabkan penurunan aliran O2 ke janin. Anastesi yang diberikan secara berlebihan pada waktu proses persalinan dan trauma yang dialami bayi sewaktu persalinan (partus lama dan partus tindakan) akan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat pada janin. Sehingga akan terjadi kekacauan pada SSP dalam memberikan impuls kepada organ pernapasan dan berakibat gangguan fungsi organ pernapasan. Udara yang dihirup akan mengandung bakteri, virus maupun benda-benda asing yang semestinya tidak ikut masuk ke organ pernapasan untuk itu organ-organ pernapasan atas akan melakukan kompensasi dengan mengeluarkan lendir atau mukus, tetapi karena terjadinya kerusakan organ-organ pernapasan terjadilah produksi lendir yang berlebih sehingga akan mengakibatkan penumpukan mukus atau lendir. Hal ini akan menurunkan kadar O2 yang seharusnya diterima janin secara normal (terjadilah hipoksia janin). Untuk faktor resiko diakibatkan karena gizi buruk pada ibu sehingga mempengaruhi penurunan kadar Hb dalam darah ibu. Karena Hb yang berfungsi mengikat O2 menurun mengakibatkan O2 dalam darah ibu berkurang, hal ini mengakibatkan sirkulasi O2 dan nutrisi dari ibu ke janin terganggu, pada akhirnya terjadi penurunan IVGR dan hipoksia janin. Dalam hal ini terjadi pula kematuran paru yang mengakibatkan ekspansi paru belum maksimal sehingga terjadi kelemahan-kelemahan otot pernapasan yang berakibat hipoksia janin.
Hipoksia janin mengakibatkan perfusi jaringan yang berakhir pada kematian jaringan. Selain itu hipoksia janin mengakibatkan metabolisme anaerob sehingga terjadi akumulasi asam laktat, hal itu akan membuat bayi mengalami asidosis yang akan berakibat pada asfiksia. Hipoksia janin juga akan menstimulasi nevus vagus saraf simpatis yang akan mengaktifkan kontraksi otot polos kolon. Sehingga janin mengalami defakasi intrauterin yang akan membuat air ketuban berwarna hijau. Pada saat janin melakukan aspirasi intrapartum air ketuban yang terkontaminasi oleh tinja tersebut akan ikut masuk ke dalam sistem pernapasan janin yang berakibat janin mengalami asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnoe I disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menujukkan usaha nafas, dan kemudian diikuti pernapasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat, usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada pada periode apnoe yang ke II. Apabila perawatan yang dilakukan berhasil bayi akan menunjukkan usaha bernapas, tetapi jika tidak bayi akan mati.






F. Pathway














G. Manifestasi klinik
Tanda – tanda Stadium I Stadium II Stadium III
Tingkat kesadaran Sangat waspada Lesu (letargia) Pingsan (stupor), koma
Tonus oto Normal Hipotonik Flasid
Postur Normal Fleksi Disorientasi
Reflek tendo / klenus Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada
Mioklonus Ada Ada Tidak ada
Reflek morrow Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks cahaya jelek.
Kejang – kejang Tidak ada Lazim Desebrasi
EEG Normal Voltase rendah  aktivitas kejang-kejang Supresi ledakan sampai isoelektrik
Lamanya 24 jam jika ada kemajuan 24 jam sampai 14 hari Beberapa hari sampai beberapa minggu
Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit berat

Tanda dan gejala Data Nilai Apgar
Appearance / warna kulit Biru, pucat 0
Pulse / nadi 94 x / menit 1
Grimace Menangis 2
Activity / keaktivitasan Ekstremitas sakit fleksi 1
Respiration Lambat, menangis, lemah 1
Jumlah skor apgar 5

H. Penatalaksanaan medis
Penatalaksaan medis dengan asfiksia neonatorum sedang
Bila nilai APGAR 4-6
1. Bayi kadang-kadan memerlukan resusitasi aktif, langkah pertama melakukan tindakan seperti pada bayi dengan nilai Apgar 7 – 10.

2. Pernapasan buatan yang dikerjakan
a. Pernapasan kodok (frog breathing) tindakan di hentikan apabila dalam 1 – 2 menit tidak didapatkan hasil yang diharapkan
b. Pernapasan mulut ke mulut / penggunaan pompa resusitasi. Dalam hal ini harus di gunakan ”pharyngeal airway” agar jalan napas dapat bebas.
c. Intubasi endotrakea dan O2 di berikan melalui kateter endotrakeal dengan tekanan tidak melebihi 30 ml H2O.
3. Pemberian natrium bikarbonat 7.5% dengan dosis 2-4 ml/kg BB bersama-sama dengan glukosa 40% 1 – 2 ml/kg BB dapat diberikan apabila bayi belum bernapas 3 menit setelah lahir, walaupun tindakan-tindakan resusitasi sudah dikerjakan secara adekuat

I. Penatalaksanaan keperawatan penunjang medis
Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan / hangatkan dengan menyelimuti tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering. Bebaskan jalan napas : atur posisi, isap lendir, bersihkan jalan napas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan napas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara ke dalam paru.
Hal ini dapat dilakukan dengan :
Ekstensi kepala dan leher, sedikit lebih rendah dari tubuh bayi. Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan napas bersih dari cairan ketuban, mekonium / lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee. Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir / cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernapasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan napas sudah dipastikan bersih walaupun prosedur in cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu :
 Menepukkan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernapasan pada bayi yang mengalami depresi pernapasan ringan.
 Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokkan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang apnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernapas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernapasan.

J. Kebutuhan khusus staf perawat
Alat-alat yang disiapkan dalam resusitasi bayi
1. Alat-alat untuk pemanas bayi seperti lampu pemanas, botol air panas dll.
2. Alat-alat penghisap lendir jalan napas
3. Alat-alat untuk pernapasan buatan
- Oksigen
- Pompa resusitasi
- Pharingal airway
- Laringoskop
- Kateter endotakreal
- Kateter O2
4. Obat-obatan
- Natrium bikarbonat
- Glukosa
- Vitamin K
- Antibiotika

K. Pemeriksaan diagnostik
- Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
- Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek
- Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
- Pengkajian spesifik
- Elektrolit garam, baby gram, USG, gula darah.







ASKEP PADA ASFIKSIA NEONATORUM

A. Analisa data
Hari / tgl No Data Etiologi Masalah TTD
1 Ds : -
Do : pernapasan tidak teratur, lambat, menangis lemah, RR : 34 x / menit Penumpukkan mucus / lender
Obstruksi mekanisme Bersihan jalan napas tidak efektif
2 Ds : -
Do : bayi menangis lemah, RR : 34 x / menit, warna kulit biru pucat, pernapasan tidak teratur, respirasi lambat. Respirasi belum adekuat
Ekspansi paru belum maksimal Gangguan pemenuhan kebutuhan O2
3 Ds : -
Do : pernapasan tidak teratur, RR : 34 x / menit, respirasi lambat, menangis lemah Kelemahan otot-otot pernapasan Pola napas tidak efektif
4 Ds : -
Do : ekstremitas sedikit fleksi, pulse 94 x / menit, menangis lemah Ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
5 Ds : -
Do : pulse 94 x / menit , Warna kulit biru pucat, ekstremitas sedikit fleksi, RR : 34 x / menit. Hipoksia Perfusi jaringan penurunan O2


B. Diagnosa keperawatan
Hari / tanggal No Diagnosa keperawatan TTD
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas, penumpukkan mukus lendir yang ditandai dengan pernapasan tidak teratur, respirasi lambat, RR : 34 x /menit
2 Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan ekspansi paru belum maksimal, respirasi belum adekuat yang ditandai dengan : bayi menangis lemah, RR : 34 x /menit, warna kulit biru pucat, pernapasan belum teratur, respirasi lambat.
3 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan / muskuluskeletal yang ditandai dengan : pernapasan tidak teratur, respirasi lemah, RR : 34 x / menit, menangis lemah
4 Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay O2 berhubungan yang ditandai dengan : ekstremitas sedikit fleksi, menangis lemah, pulse 94 x / menit.

5 Perfusi gangguan jaringan berhubungan hipoventilasi, penurunan konsentrasi Hb darah yang ditandai dengan : pulse : 94 x /menit, warna kulit biru pucat, ekstremitas sedikit fleksi.

C. Intervensi keperawatan
Hari / tanggal No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi TTD
1 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 – 24 jam bersihan jalan napas efektif.
KH : jalan napas tetap bersih bayi bernapas dengan mudah, bernapas dalam batas normal. - Beri posisi terlentang, dengan leher sedikit ekstensi
- Hindari hiperekstensi
- Observasi dengan ketat
- Hisap secret dari jalan napas sesuai kebutuhan
- Bantu mengeluarkan sputum
2 Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 – 24 jam kebutuhan O2 terpenuhi
KH : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak sianosis - Beri penjelasan pada keluarga tentang penyebab sesak napas yang dialami
- Atur kepala bayi dengan posisi ekstensi
- Longgarkan jalan napas, observasi tanda-tanda kekurangan O2
- Hangatkan bayi dalam incubator
- Monitoring sistem jantung paru
- Mengkaji denyut nadi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2
3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan selama 1 – 24 jam pola napas efektif
KH : bernapas tidak sulit, pernapasan tetap dalam batas normal, dapat beristirahat dalam batasan normal. - Posisikan untuk efisien ventilasi maksimum (jalan napas terbuka)
- Beri posisi yang nyaman
- Hindari pakaian ketat
- Gunakan bantal dalam mempertahankan jalan napas
- Tingkatkan istirahat tidur
- Tempatkan O2 sesuai kebutuhan
4 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 – 24 jam aktivitas normal
KH : bayi tidak menunjukkan peningkatan distress pernapasan bayi tenang / rilexs - Kaji intoleran fisik
- Beri lingkungan yang nyaman
- Dorong orang tua untuk menjaga bayi
- Anjurkan periode istirahat yang sering.
- Jadwalkan kunjungan untuk memungkinkan istirahat yang cukup
5 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 – 24 jam tidak terjadi perfusi jaringan
KH : jaringan dapat menerima suplai O2 secara cukup - Berikan suplai O2 secara adekuat
- Pantau / kontrol ekstremitas pada bayi


D. Implementasi Keperawatan
Hari / tanggal Dignosa keperawatan Implementasi Respon / hasil TTD
Bersihan jalan napas tidak efektif - Memberi posisi terlentang, dengan leher sedikit ekstensi
- Mengobservasi dengan ketat
- Menghisap secret dari jalan napas sesuai kebutuhan
- Membantu mengeluarkan sputum Do :
Ds :
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 - Memberi penjelasan pada keluarga tentang penyebab sesak napas yang dialami
- Mengatur kepala bayi dengan posisi ekstensi
- Melonggarkan jalan napas, observasi tanda-tanda kekurangan O2
- Menghangatkan bayi dalam incubator
- Memonitoring sistem jantung paru
- Mengkaji denyut nadi
- Mengkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2 Do :
Ds :
Pola napas tidak efektif - Memposisikan untuk efisien ventilasi maksimum (jalan napas terbuka)
- Memberi posisi yang nyaman
- Menghindari pakaian ketat
- menggunakan bantal dalam mempertahankan jalan napas
- Meningkatkan istirahat tidur
- Menempatkan O2 sesuai kebutuhan Do :
Ds :
Intoleran aktivitas - Mengkaji intoleran fisik
- Memberi lingkungan yang nyaman
- Mendorong orang tua untuk menjaga bayi
- Menganjurkan periode istirahat yang sering.
- Menjadwalkan kunjungan untuk memungkinkan istirahat yang cukup Do :
Ds :
Perfusi jaringan - Memberikan suplai O2 secara adekuat
- Memantau / kontrol ekstremitas pada bayi Do :
Ds :


E. Evaluasi
Hari / tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD
Bersihan jalan napas tidak efektif S : -
O : RR : 36 x / menit
Pulse : 120 x / menit
Bayi bernapas dengan mudah jalan napas bersih
Bernapas dalam batas normal
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 S : -
O : warna kulit normal
Tidak ada pernapasan cuping hidung
Tidak sianosis
RR : 37 x / menit
Pulse : 120 x /menit
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Pola napas tidak efektif S : -
O : RR : 37 x / menit
Pulse : 120 x / menit
Pola napas normal bernapas dengan mudah
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Intoleran aktivitas S : -
O :bayi tidak menunjukkan peningkatan distress pernapasan bayi rilexs
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Perfusi jaringan S : -
O : -
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi


F. Rencana persiapan pulang
1. Surat izin dokter / RS
2. Administrasi (pembiayaan selama dirawat)
3. Klien menunjukkan KH sesuai yang ditentukan
4. Pendidikan kesehatan kepada pihak keluarga mengenai penyakit ini
5. Anjuran melanjutkan perawatan di rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar