ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI
Disusun guna untuk memenuhi mata kuliah
Pendidikan Dalam Keperawatan
Dosen pengampu : Ns. Wahyu Yusianto, S.Kep
Disusun oleh :
DEWI FATMAWATI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDIKIA UTAMA KUDUS
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai traktus genetalis yang berkembang, setelah traktus urinarius. Kelamin laki – laki maupun perempuan semenjak lahir sudah dapat ditentukan. Tetapi sifat – sifat kelamin belum dapat dikenal, sel reproduksi berkembang disebelah depan ginjal yang tumbuh sebagai koloni – koloni sel kemudian membentuk kelenjar reproduksi. Perkembangan sifat terjadi pada umur 10 – 14 tahun.
Pada laki – laki dewasa pubertas dimulai dengan perubahan suara lebih berat, pembesaran genetalia eksterna, tampilnya bulu diatas tubuh dan muka. Pada wanita ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), uterus dan vagina membesar, buah dada membesar serta jaringan ikat dan saluran darah bertambah, sifat kelamin sekunder tampil, lengkung tubuh berkembang, adanya bulu ketiak dan pubis pelvis melebar.
Reproduksi merupakan suatu masalah yang dibahas manusia. Dari permulaan dan juga dalam perincian – perinciannya pembahasan itu mengandung konsepsi yang salah. Pada abad pertengahan dan sampai periode yang belum begitu lama, mitos dan khayal meliputi soal reproduksi. Hal tersebut memang wajar, oleh karena untuk memahami mekanisme reproduksi yang kompleks, orang harus tahu anatomi, harus telah menemukan mikroskop dan harus sudah ada ilmu-ilmu fundamental yang menjadi sumber fisiologi, embriyologi, obstetrik dan lain-lain.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan pemahaman mengenai anatomi dan fisiologi pada sistem reproduksi.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan organ – organ reproduksi pada wanita dan fungsinya.
b. Menjelaskan organ – organ reproduksi pada laki – laki dan fungsinya.
c. Menjelaskan hormon – hormon yang mempengaruhi organ – organ reproduksi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi.
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus - hipothalamus - hipofisis - adrenal - ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad / ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
1. Organ exsterna
a. Mons veneris
Sebuah bantalan lemak yang terletak di depan simfisis pubis. Daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b. Labia mayora
Dua lipatan tebal yang membentuk sisi vulva, dan terdiri atas kulit dan lemak, dan jaringan otot polos, pembuluh darah dan serabut saraf. Labiya mayora kira – kira panjangnya 7,5 cm.
c. Nimfae atau labia minora
Dua lipatan kecil dari kulit diantara bagian atas labiya mayora. Labianya mengandung jaringan erektil.
d. Klitoris (kelentit)
Sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis laki – laki. Letaknya anterior dalam vestibula.
e. Vestibula
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
f. Himen (selaput dara)
Diafragma dari membran tipis, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Letaknya di mulut vagina dan dengan demikian memisahkan genitalia externa dan interna.
g. Vagina
Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membaran dari jenis epitelium bergaris yang khusus, dialiri pembuluh darah dan serabut saraf secara berlimpah. Panjang vagina dari vestibula sampai uterus. Dinding – dindingnya bersambung secara normal, dan mengelilingi bagian bawah servix uteri dan disebelah belakang naik lebih tinggi dari yagn didepan. Lekukan sempit di depan disebut fornix anterior dan yang disisi – sisinya disebut fornix lateral, sedangkan yang dibelakang disebut fornix posterior vagina.
Struktur terdiri dari 3 lapis : lapisan dalam adalah selaput lendir (membran mukosa), lapisan luar (lapisan berotot yang terdiri atas serabut longitudinal dan melingkar, diantara keduanya terdapat sebuah lapisan dari jaringan erektil.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
2. Organ interna
a. Uterus (rahim)
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium.
Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu fundus (bagian cembung di atas muara tuba uterina), badan uterus (melebar dari fundus ke servix, dan istmus (antara badan dan servix).
1) Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
2) Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
3) Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
4) Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
b. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
c. Tuba fallopi
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA PRIA
1. Kelenjar, yang termasuk kelenjar adalah :
a. Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).
b. Vesika seminalis (kandung mani)
Dua buah kelenjar tubuler yang terletak kanan dan kiri di belakang leher kandung kencing. Salurannya bergabung dengan vasa deferentia untuk membentuk saluran ejakulator. sekret vesika seminalis adalah komponen pokok dari air mani.
c. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
d. Bulbouretralis
Terletak disebelah bawah dari kelenjar prostat, panjangnya 2 – 5 cm. Fungsinya : hampir sama dengan kelenjar prostat.
2. Kelenjar duktuli, yang termasuk kelenjar duktuli adalah :
a. Epididimis
Epididimis terletak di atas testis dan merupakan saluran sepanjang 6 meter. Epididimis mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.
b. Vas deferens
Adalah sebuah saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis. Naik di belakang testis, masuk ke tali mani (funikulus spermatikus) dan mencapai rongga abdomen melalui saluran inguinal, dan akhirnya berjalan masuk ke dalam pelvis.
c. Uretra
Uretra berfungsi 2 fungsi yaitu bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
3. Bangunan penyambung
d. Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
e. Fenikulus spermatikus
Merupakan bangun penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe dan serabut – serabut saraf.
f. Penis
Terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung penis disebut glan penis. Bagian tengahnya disebut korpus penis dan pangkalnya disebut radik penis, glan penis tertutup oleh kulit korpus penis, kulit penutup ini disebut preputium.
Penis terdiri dari:
- Akar (menempel pada didnding perut)
- Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
- Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
C. HORMON-HORMON REPRODUKSI
a. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
b. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
c. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).
d. Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks. Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur distribusi lemak tubuh.Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
e. Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
f. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
g. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reproduksi merupakan kegiatan organ kelamin laki – laki dan perempuan yang khusus yaitu testis menghasilkan spermatozoid (sel kelamin laki – laki) dan ovarium menghasilkan sel kelamin perempuan (ovum). Organ – organ ini menghasilkan hormon yang mempengaruhi sifat kelamin laki – laki dan kelamin perempuan. Produksi hormon ini dikendalikan oleh gonadotropik dari kelenjar hipofise.
DAFTAR PUSTAKA
John Gibson. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Evelyn C. Pearce. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. jakarta : EGC.
www.anatomifisiologisistemreproduksi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar